OPINI - Sebagai seorang pemimpin redaksi dan seorang redaktur yang membaca dan mengedit berita yang masuk ke media saya, saya menemukan 3 tipe penulis.
1. Tukang Posting (100% Bukan Penulis)
2. Penulis Kejar Setoran (Sebenarnya Bukan Penulis Juga)
3. Jurnalis
Pada tipe pertama, "Tukang Posting" yang saya identifikasi sebagai 100% Bukan Penulis adalah semacam individu yang bekerja sebagai pemulung dengan kinerja "Garbage in Garbage Out". Si Tukang Posting ini akan memposting apa saja yang dikirimkan kepadanya tanpa membaca apa lagi mengedit. Benar-benar menyampah, sehingga memberikan pekerjaan baru bagi redaktur, yaitu menghapus postingan.
Tukang Posting juga tidak pernah ambil pusing apakah postingannya dihapus atau tidak, karena tugasnya hanya memposting rilis. Dia tidak akan pernah membaca, tidak pernah mengedit, apa lagi memeriksa kembali postingannya, "masih ada atau tidak di portal postingannya."
Begitu juga halnya dengan "Penulis Kejar Setoran." Penulis jenis ini seringkali dinamakan Penulis atau Wartawan "Bodrex." Penulis ini menulis bukan untuk memberikan informasi, sosialisasi, atau pun edukasi, tapi malah bikin pusing pembacanya. Mulai dari judul yang membingungkan dan memusingkan, sampai dengan isi berita yang narasinya amburadul ditambah dengan tata bahasa yang jauh dari kaidah menulis dengan baik dan benar. Biasanya penulis jenis ini saya golongkan sebagai "Penulis Eek", karena cuma orang "Eek" yang gak pernah melihat kembali "Eek"nya.
Penulis Kejar Setoran tidak pernah membaca kembali tentang apa yang dia tulis, apakah pilihan katanya sudah benar, apakah tata bahasanya sudah tepat, atau apakah judul tulisannya sudah relevan dengan isinya. Bahkan penulis jenis ini dalam membuat judulnya pun tanpa berfikir, asal-asalan dengan memindahkan paragraph sebagai judul. Judulnya akan kepanjangan, dan tidak jelas juntrungan. Biasanya redaktur langsung menghapus tulisan seperti ini, karena sangat tidak layak dikatakan sebagai sebuah tulisan.
Selanjutnya, Jurnalis. Penulis jenis ini adalah sejatinya seorang penulis. Dia menulis dengan seluruh jiwa dan raga. Jurnalis selain melibatkan pikiran, juga melibatkan nilai rasa, nilai wajar, dan kepatutan, sangat hati-hati dengan pilihan kata dan tata bahasa.
Jurnalis akan membaca tulisannya berulang kali, sampai dia yakin tidak ada yang salah tulis, salah ketik, atau yang akan ada menimbulkan persepsi lain, sangat hati-hati, dan teliti sebelum tulisannya menjadi publikasi.
Baca juga:
Panggil Namaku 'Siti'
|
Dari ke 3 jenis penulis ini, para pembaca juga bisa secara langsung menilai intelektual, dan tingkat IQ dari para penulis berdasarkan apa yang dipostingnya. Apakah penulisnya seorang ideot, tidak bertanggung jawab, atau seorang intelektual yang menghargai waktu pembaca.
Jakarta, 29 Maret 2024
Hendri Kampai
Jurnalis Senior, Ketua Umum Jurnalis Nasional Indonesia (JNI)