CANBERRA - ADA yang menarik dari gedung Parlemen di Canberra Australia. Gedung ini,
selain tempat bersidangnya para senator untuk mengambil keputusan dan kebijakan-kebijakan penting negara, juga dijadikan salah satu tempat tujuan wisata, yang selalu ramai dikunjungi pelancong dari berbagai penjuru dunia.
Ketika memasuki Kota Canberra Aku mampir dulu disebuah kantor visitors information letaknya sebelah kiri jalan North Bourne Avenue bernomor 330, guna mendapatkan informasi tentang ibukota nasional Australia .
Dua jam sudah menempuh perjalanan dengan kendaraan mobil dari Sydney melalui jalan federal highway. Billboard warna dasar putih ukuran 5 x 3 meter bertuliskan visitors centre Canberra and Region terletak diluar kantor dipancang dengan dua tiang besi setinggi dua meter diatas tanah yang mudah terlihat dan dibaca oleh pengendara mobil.
Disana aku bisa mendapatkan berbagai informasi dari seorang petugas bernama Katrine.
Kesanku terhadapnya ia ramah, mengetahui benar tentang Canberra dan Australia pada umumnya. Aku diperlakukan seperti layaknya seorang tamu. Visitor map dan beberapa brosur obyek wisata diberikan dengan cuma-cuma termasuk brosur Gedung Parlemen yang ditata rapih di sebuah rak panjang setinggi 80 sentimeter menempel ke dinding.
Di dinding bagian atas ditempelkan pula beberapa poster ukuran satu meter persegi sebanyak 10 buah berjajar memanjang masing-masing bertuliskan capital country dengan penjelasan denah dan gambar tempat-tempat obyek wisata yang dapat dikunjungi.
CANBERRA kota yang terencana dan canggih yang didirikan mengitari sebuah danau Burly Griffin. Danau tersebut yang membatasi bagian utara dan bagian selatan Canberra. Bagian Selatan meliputi Tuggeranong, Woden Valley, dan Weson creek. Sedangkan posisi aku berada di bagian utara meliputi Gungahlin , dan Belconnen.
Hampir seperempat Wilayah Belconnen itu adalah tempat beradanya Universitas Nasional Australia (ANU) yang terkenal itu. Dari brosur yang aku peroleh dikatakan bahwa Canberra merupakan tempat kedudukan Pemerintahan Persemakmuran dan Parlemen Australia.
Ia adalah kota muda yang didirikan pada tahun 1911, dengan luas wilayah 2.431 Km persegi. Ia terkenal akan monumen-monumen nasionalnya, museum dan galeri seni, serta taman-taman dan ruang terbuka yang luas, juga tempat kegiatan budaya, olahraga, historis dan akademik. Canberra dengan jumlah penduduk 350 ribu jiwa, aku bisa mengenal gaya hidup orang-orangnya yang memiliki gaya hidup santai.
Tak Ada Pengamanan yang Ketat
Pukul sepuluh menjelang siang matahari enggan bersinar, terpaan angin sangat kencang udara terasa dingin aku bergegas memasuki mobil untuk melanjutkan perjalanan.
Jaket yang dipakai dirapatkan kebadaan, sekedar untuk menahan dingin. Suhu udara mencapai 8 derajat Celsius Canberra adalah salah satu kota diAustralia yang mengalami empat musim yang berbeda. Winter saat ini dengan suhu berkisar antara 0 sampai dengan 16 derajat Celsius.
Sesampainya di lampu merah perapatan jalan North Bourne di sebelah kanani ada penunjuk arah ke kampus ANU, terus saja melaju hingga memasuki jalan Commonwealth Ave melintasi danau Lake Burley. Dari atas jembatan sudah terlihat jelas gedung Australia’s Parliament yang megah itu. Pemandangan disini cukup indah, air danaunya sangat bersih, kotanya tertata baik dan bersih. Tampak jelas pemerintahnya menjaga lingkungan dengan ketat.
Bila dilihat laporan perkembangan manusia PBB tahun 2001 menempatkan Australia pada posisi pertama di Asia-Pasifik untuk kualitas hidup perumahan dan lingkungan. Perkotaan berkualitas tinggi, dengan tingkat kriminalitas yang sangat rendah, akses ke berbagai fasilitas pelayanan yang didanai pemerintah, tidak adanya kepadatan lalu lintas dan lingkungan alam yang bersih
merupakan faktor umum di kebanyakan kota di Australia.
Sekitar sepuluh menit dari kantor Visitors Centre sampailah aku digedung Parlemen, mobil diparkir sejajar dengan bis-bis bersama kendaraan pengunjung lainnya pada halaman parkir.
Tidak terlihat satupun petugas parkir atau petugas keamanan, berbeda sekali dengan yang dilihat di Jakarta atau di Bandung. Hampir semua tempat pusat perbelanjaan dan hotel-hotel dijaga ketat. Sampai tas-tas yang dibawa digeledah, mobil diperiksa satu persatu pakai alat detektor kalau-kalau ada bom. fenomena muncul dimasyarakat, merasakan takut bila bepergian ketempat-tempat umum dikota-kota besar di Indonesia.
Namun lain halnya di Australia. Yang ku-tahu hanya bila masuk ke Austrsalia saja penjagaan terasa sangat ketat. Seperti halnya di Airport internasional Sydney, tapi setelah keluar dari Airport memasuki kota tidak ada penjagaan pengamanan atau razia-razia.
Ditaman dan ruang terbuka luas mencapai 23 hektar mengelilingi gedung Parlemen mencerminkan lansdscape Australia. Aku lihat anak-anak bermain, bersuka ria berlari lari untuk saling mengejar, ada pula beberapa rombongan besar turis berasal dari Hongkong, Taiwan dan Jepang. Mereka sibuk mengambil foto dan gambar video dari berbagai sudut dengan latar belakang gedung Parlemen.
Sementara aku berjalan memasuki gedung Parlemen melalui pintu masuk yang terletak sebelah kiri depan gedung, tidak ada pemeriksaan pengamanan untuk masuk kedalam gedung, pelancong bebas masuk dan keluar.
Gedung parlemen Australia dibuka setiap harinya mulai pukul 9.00 AM sampai dengan 4.00 PM
peresmiannya oleh Ratu Elizabeth II pada tanggal 9 Mei 1988. Dirancang dan dibangun oleh Giurgola & Thorp Archhitects dengan nuansa dasar seni suku Aborigin yang dipadukan dengan gaya Eropah Barat. Gedung ini terdiri atas lantai dasar (Ground Floor) di sebelah kiri setelah pintu masuk diberi karpet hitam dan dipinggirnya diberi tali pembatas Pada dindingnya tertulis Welcome to parliament house.
Di sebelah kanan terdapat The Parliament Shop menjual berbagai cintdramata buatan cina dan suku aborigin: kerajinan tangan, poster, buku, topi dan lain sebagainya. Terdapat lobby yang luas, mereka sebut foyer. Dindingnya dibuat corak seni Aborigin dari Punya Community bagian utara Canberra yang mereka sebut The Forecourt Mosaic. Terbuat dari batu granite dari tujuh warna yang berbeda karya dari Michael Nelson Jagamara Sedangkan panelnya mereka sebut The marquetry panels yang didisain dengan corak Australia flora. 20 panel dikerjakan oleh artis Adelaide Tony Bishop dan pabriknya dari Sydney craftsman Michael Retter.
Walau ada lif, menaiki anak tangga sebelah kiri untuk naik kelantai utama (First Floor). Disana juga ada foyer yang mengitari Great Hall yang sangat besar. Aku berkeliling, tampak dikiri dan kanan dinding berjajar lukisan foto senator-senator terdahulu dalam ukuran besar, Terdapat juga lukisan-lukisan ukuran 2 x 2 meter dengan goresan warna warna cerah karya dari pelukis Canberra seperti Mandy Martin, dan lain-lain.
Tidak seperti streotip yang dikenal banyak orang, kebudayaan Australia lebih dari sekedar bir dingin dan barbeque. Di sebuah sudut foyer kita menemukan Public galleries dan musium yang memamerkan segala jenis seni, sejarah dan kebudayaan.
The Tom Roberts painting yang memajang lebih dari 250 lukisan. Dilantai ini pula ada beberapa titik lokasi tempat kita bertanya tentang segala sesuatunya mengenai gedung atau ingin mendapatkan Free Guided tours didalam gedung dengan cara menunggu setiap tiga puluh menit, bahkan disini disediakan pula Audio Guides dalam beberapa bahasa: Inggris, Prancis, Jerman, Jepang dan Mandarin.
Bila penat berkeliling, dapat duduk-duduk di kursi yang telah disediakan, ada kursi panjang yang terletak ditengah, sedangkan kursi yang menempel kedinding seperti kursi yang dipakai senator dalam ruang sidang.
Kemudian aku masuk ke viewing room (open House video) di sana dapat melihat dan memilih berbagai rekaman dan peristiwa seperti rapat-rapat anggota Parlemen atau senator yang membahas sebuah topik. Atau kegiatan Governing party yang diadakan di gedung Perlemen.
Aku berjalan lagi keruang sebelah, terdapat ruang Theatre cukup luas. Tercermin Australia memiliki selera yang tinggi pada musik, tari, kebudayaan populer, makanan dan film.
Baca juga:
Sulawesi | A Indonesian Travel Film
|
Di seberang theatre terdapat pula Queens Terrace Café, wah asyik sekali, aku dapat memesan makanan dan minuman dingin dan panas. Di lantai ini ada pula ruang Members Hall berisikan dokumen sejarah dan dokumen penting negara Constitution Act 1900 (UK) Commenwealth of Australia, dan Magna Carta tahun 1297
Ruang ini diapit oleh dua buah ruang sidang yang besar yaitu Senate, dan House of Representatives, sering dipakai oleh senator untuk meeting dan mendengarkan seseorang atau berbagai organisasi dalam merespon dari berbagai community baik melalui surat yang masuk dan menganalisisnya. Ada juga rapat governing party yang dihadiri Perdana Mentri Australia dan anggota parlemen dari beberapa partai yang berkoalisi.
Kedua ruang sidang ini: Senate dan House of Representatives penataan ruangnya hampir sama ditengah ruang disusun kursi tiga baris memanjang menyerupai huruf U. Di tengah atas yang menyerupai huruf U ada tiga kursi dan meja panjang untuk pimpinan sidang.
Di semua tempat, publik diperbolehkan mengambil gambar dan foto dari dalam ruang. Di seberang ruang Members Hall ada pula pintu untuk masuk ke Main Committee Room. Sepertinya mereka telah mempersiapkan matang segala sesuatunya untuk melengkapi sarana dan prasarana sebagai obyek tujuan wisata guna mendulang devisa negara.
Waktu sudah merangkak sore Aku sudah puas berkeliling melihat apa-apa yang ada, selanjutnya aku meninggalkan gedung melalui pintu keluar. Aku sempatkan mengambil gambar dengan camera video dan berfoto bersama dengan berbagai angle berlatar gedung Parlemen Australia.
Baca juga:
Indonesia Makes Us Feel ALIVE!
|
Gedung DPR di Senayan Jakarta kiranya dapat mencontohnya. Dalam meningkatkan pariwisata Indonesia.
Canberra, Australia
Eddy Syarif
Tukang Foto Keliling